Minggu, September 28, 2008

Doa Kasih Terkabul

Bulan Juli lalu, Bunda Kasih terpilih sebagai Guru Taman Kanak-Kanak Berprestasi untuk mewakili Kota Banda Aceh ke tingkat Provinsi. Kalau menjadi pemenang pertama hadiahnya adalah umroh ke tanah suci, selain berangkat ke Jakarta untuk mewakili Provinsi.

Jauh hari sebelumnya aku sudah mewanti-wanti bahwa ia tidak boleh kecewa kalau tidak menjadi juara.

Secara objektif aku yakin istriku bisa menang. Bukan karena aku suaminya, tapi memang karena prestasi-prestasi yang diraih sebelumnya dan kemampuan istriku sebagai guru. Tentu saja KALAU jurinya juga objektif, ha ha ha.
Bahwa ia sampai maju mewakili kota sudah merupakan kejutan buatku. Perlu kujelaskan bahwa Bunda Kasih BUKAN orang Aceh. Tidak perlu ada penjelasan lain. Titik.

Akhirnya seperti dugaanku, istriku gagal meraih juara satu, meski menempati posisi runner up.

Aku menangkap raut kekecewaan pada wajah istriku. Apa lagi demi mengikuti acara pemilihan guru berprestasi tersebut, ia tak bisa menemani Kasih berlibur ke Jakarta.

Sepulang dari hotel tempat acara pemilihan berlangsung (istriku menginap selama 4 hari di hotel) ia menelpon Kasih yang masih di Jakarta bersama Nenek dan Kakeknya.
Setelah melepas rindu lewat suara, terjadi dialog antara ibu dan anak via telpon:

'Nak, Bunda juara dua, bukan juara satu...'
'Dapat hadiah, Bunda?'
'Dapat, nak. Laptop'
'Tapi Bunda nggak jadi umroh?'
'Nggak, nak. Umroh buat yang juara satu'
'Apa gara-gara doa Kasih, ya, makanya Bunda nggak juara satu?'
'Apa doa Kasih, sayang?'
'Kasih berdoa: Ya Tuhan, buatlah Bunda Kasih menang, tapi Kasih sedih kalau Bunda pergi lama-lama....'

Rupanya Kasih sudah diinfokan bahwa kalau menang, maka Bundanya akan pergi cukup lama. Mulai dari mengikuti pemilihan tingkat Nasional di Jakarta kemudian dilanjutkan dengan berangkat umroh. Lamanya kira-kira sebulan penuh.

'Maafin Kasih, ya, Bunda...', anakku meminta maaf kepada Bundanya, karena telah mengajukan doa yang terkabul!

Aku katakan kepada istriku bahwa Tuhan mendengarkan doa Kasih pasti karena ada kebaikan yang terkandung dalam doa tersebut.

'Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sayang. Kasih nggak salah, kok. Doa Kasih sudah betul', kata istriku sambil menahan air mata rindu. Kepergian Kasih ke Jakarta adalah perpisahannya yang pertama dengan kami berdua, dan terlama dengan Bundanya.

Senin, Juni 09, 2008

Kasih Sang Penata Rambut

Banyak yang mengira bahwa Kasih manja karena ia anak tunggal.

Memang, tapi hanya kadang-kadang. Faktanya adalah: Kasih sangat mandiri. Ia juga ringan tangan suka membantu orang lain.

Kalau nasi dalam magicom habis, biasanya Kasih memasak nasi sendiri. Kalau ia lapar dan Bundanya tidak ada di rumah sementara lauk juga tak ada, ia akan menggoreng sosis atau chicken nugget sendiri. Aku hanya bisa mengingatkannya agar tidak pernah lupa mematikan kompor gas dengan benar.

Seperti kemarin saat kami sedang pindah rumah, ia juga membantu (yang sebetulnya malah merepotkan) mengangkat-angkat lemari dan springbed. Dan seperti yang aku ceritakan dalam Dru. Kadijja, ia juga sering mencabut uban Bundanya (Sorry, Pie. uban Vita masih one-two. Rugi kalau dicat -ayahkasih). Dan kerap memijit Ayah atau Bunda kalau kelihatan capek.

Yang paling hebat, rambutku yang nyukur Kasih! Itu permintaannya sendiri.

Ceritanya, aku paling malas kalau harus menunggu. Termasuk menunggu giliran di barbershop. Yang sering terjadi adalah aku membayar penuh + tip hanya untuk dicukur model calon tamtama. Menunggunya dua jam, tetapi pelaksanaan hanya sepuluh menit. Dan jarang aku sempat bermewah-mewah cukur jenggot sampai klimis -apalagi plus pijat urut-, karena waktuku yang sempit.

Akhirnya kuputuskan untuk membeli hair clipper listrik merk Wahl buatan USA.

"Biar istriku bisa memotong rambutku kapan saja dengan alat ini," pikirku saat membeli barang tersebut.

Begitulah, aku hampir tak pernah ke barbershop lagi setelah punya alat sendiri, kecuali saat istri dan anakku keluar kota dalam waktu lama.

Beberapa bulan yang lalu, Kasih meminta agar ia saja yang memotong rambutku. Setelah berunding sejenak, aku dan istriku memutuskan untuk memberinya kesempatan.Dan hasil akhirnya ternyata tidak jelek (memang pilihan model rambut untuk ayahnya tinggal satu karena terlanjur mirip kapten Jean-Luc Picard, ha ha ha)

Sejak saat itu, Kasih resmi menjadi penata rambut pribadi Ayah Kasih.

Sabtu, Juni 07, 2008

Insyaallah, Kalau Tuhan Mengijinkan...

Ujian kenaikan kelas Kasih. Tinggal dua mata pelajaran lagi akan diuji pada hari Senin.

Setiap hari selama masa ujian sepulang dari sekolah selalu aku atau bundanya menanyakan pertanyaan yang sama:

"Bagaimana ujiannya, Sayang?"

Jawaban anakku umumnya berupa kalimat standar:

1. Gampang
2. Lumayan
3. Susah

Tapi kadang-kadang jawabannya:

"Insyaallah, kalau Tuhan mengijinkan di atas LIMA..."

Rabu, Juni 04, 2008

Get Out!

Pernahkah kamu tanpa sadar menggumamkan sebuah lagu terus menerus, karena lagu itu selalu terngiang di telingamu?

Aku sering. Begitu juga Kasih. Bahkan terkadang tanpa sengaja kami menggumamkan lagu yang sama berbarengan. Tentu saja setelah itu kami tergelak bersama.

Saking seringnya mengulang suatu lagu, akhirnya kita jadi bosan dan ingin melupakan lagu tersebut. Tapi yang kerap terjadi adalah tetap saja lagu itu keluar sendiri dari mulut tanpa kita sadari.

Kasih punya solusi untuk itu, yang ditirunya dari salah satu adegan 'Chicken Little'.

Kalau ia sudah bosan dengan satu lagu, pada saat tanpa sengaja berdendang ia akan memukul-mukul kepala (pelan saja), sambil berkata:

"Get out! Get out! Get out!"

Libur Nonton TV

Selama Kasih ujian, aku minta ia supaya tidak menonton teve. Untuk mendukungnya aku sendiri juga ikut puasa menikmati tayangan televisi. Jadi boleh dikatakan mulai dari lama Senin sampai tadi malam televisi menjadi barang mati di rumahku. Ujian kenaikan kelas Kasih akan berakhir hari Senin depan, 10 Juni.

Tadi malam rupanya Bunda Kasih sudah tidak tahan. Setelah Kasih tidur, sekitar pukul setengah sebelas malam ia menghidupkan teve (aku sendiri keluar rumah setelah menemaninya belajar sampai ia tertidur jam sepuluh).

Rupanya Kasih sempat terjaga.

"Bunda kok nonton tv?" protesnya setengah terjaga.

"Lho, Bunda kan nggak ikut ujian...."

"Tapi Kasih kok dilarang?"

"Kasih ujian"

"Kalau gitu Kasih nonton juga, ya?"

"Daripada nonton, belajar IPS aja!" kata Bunda Kasih sambil menyodorkan buku pelajaran.

"Ah...., Kasih ngantuk, bobok lagi...." ia langsung terlelap kembali.

Ketika istriku menceritakan kejadian tersebut, aku menegurnya dengan cara halus. Sebagai orangtua, kita harus mendukung penuh dengan ikut merasakan apa yang ia alami.

"Suntuk juga nggak bisa nonton tv," keluh istriku. Tapi aku menghiburnya bahwa tanpa menonton tv, melihat anakku tidur nyenyak sudah merupakan hiburan yang paling berharga.

P.S. Qitink nanyain hasil ujian Kasih. Meskipun belum ada, tapi aku merasa tidak akan terlalu bagus, walau juga tidak akan terlalu jelek.....

Senin, Juni 02, 2008

Dru. Kadijja

Kami akan pindah rumah dalam waktu dekat. Pindahnya jauuuuuh, sebelah rumah lama, ha ha ha.

Rumah baru lebih luas daripada rumah yang saat ini kami tempati, tapi tetap saja dibawah 40 meter persegi.

Berhubung saat ini aku sedang keranjingan memotret, maka pada saat anak dan istriku sedang terlelap, aku yang pengidap insomnia kronis mulai menjeprat-jepret kamera digital-ku. Hampir semua benda yang tampak kuabadikan. Hasilnya bisa dilihat dalam album every little thing.

Sampai akhirnya aku menemukan secarik kertas berukuran separuh lebar telapak tangan yang ditempel dengan cellotype di pintu kamar, bertuliskan:


Dru. Kadijja
Dokter Uban

Ha ha ha....

Rupanya peran anak tunggal sudah menjadi beban buat anakku.

Oke, aku jelaskan terlebih dahulu supaya kamu tidak bingung.

Kadijja adalah namanya. Panggilannya yang KASIH.
Karena anak satu-satunya, hampir semua permintaannya kami (aku dan Bunda Kasih) turuti. Tapi peran anak tunggal juga ada kerugiannya: 'pekerjaan anak' harus ia kerjakan sendirian. Seperti jika aku pulang kerja dengan badan pegal, maka tugasnya adalah menginjak-nginjak punggungku. Atau kalau bundanya merasa ada uban yang nongol, pasti Kasih yang disuruh nyabutin.

Mungkin ada saat-saat dia merasa kesal dan bosan disuruh melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Akhirnya dia menuliskan uneg-unegnya dengan cara yang unik tadi, dengan mengangkat dirinya sebagai DOKTER UBAN!

Rabu, Mei 28, 2008

Ayah Kasih Cuti

Karena Kasih mau ujian kenaikan kelas, aku memutuskan untuk mengajukan permohonan cuti. Selain untuk membantu anakku belajar, toh cutiku akan hangus percuma jika tidak kumanfaatkan.

Hari Senin silam aku mendapat kepastian bahwa permohonan cutiku dikabulkan boss. Kabar gembira ini kusampaikan kepada Bunda Kasih via telepon. Aku sendiri masih tertahan di Medan untuk suatu urusan sampai Selasa malam kemarin.

Bunda segera memberitahukan hal ini kepada Kasih.

"Kasih, ayah cuti selama ujian untuk membantu Kasih belajar."

Ternyata, sambil menepuk jidat anakku menanggapi dengan kalimat:

"Wad-duh! Mati Kasih........"

Selasa, Mei 27, 2008

Hantu Rock

Tadi malam Kasih dan Bunda menjemputku dari bandara. Akhir-akhir ini aku selalu menggunakan last flight dari Medan. Paling cepat mendarat jam sembilan malam kalau on time. Tetapi karena kondisi cuaca, biasanya terlambat setengah sampai dua jam. Meskipun begitu, Bunda Kasih selalu menjemputku. Bukan karena kuminta, tetapi memang kemauannya sendiri. Mereka akan berangkat dari rumah beberapa menit setelah kuberi kabar bahwa aku boarding.

Sebetulnya Kasih sudah tidur saat diajak Bunda ke bandara. Sebetulnya ia tidak ingin pergi dan memilih tinggal sendirian (!) di rumah. Tapi karena tidak ingin meninggalkan Kasih (Banda Aceh masih sering gempa dan sangat sering lisrik padam), Bundanya memaksa dengan alasan takut pergi sendirian malam-malam.

Dalam perjalanan dari rumah ke bandara (kurang lebih 14 kilometer), Bunda Kasih heran kenapa ia diam saja.

"Mungkin tidur lagi," pikirnya. Bundanya memanggil untuk memastikan:

"Kasih... Kasih...."

Dengan cepat ia menjawab:

"Ada apa, Bunda?"

"Kasih tidur, ya?"

"Iya.... Tapi nanti kalau ada hantu, Kasih dibangunin aja..."

Dengan menahan gelak, Bunda Kasih bertanya:

"Kalau ada hantu, mau Kasih apain?"

"Tergantung hantunya. Kalau rambutnya gondrong, Kasih putar lagu rock!"

Jumat, Mei 23, 2008

Kasih Dimarahin

Kemarin Kasih kena marah karena malas belajar.
Anakku satu-satunya ini paling malas membaca. Ia sangat cepat menangkap sesuatu yang ditampilkan secara audio visual. Tapi jika harus membaca, nanti dulu...

Karena ujian kenaikan kelas sudah dekat, aku dan bundanya memaksanya belajar. Tentu saja yang dimaksud belajar adalah membaca buku teks. Ada saja alasannya untuk menghindar. Tunggu tayangan tv favoritnya selesai, memberi makan-kura-kura, kebelet ke belakang, haus, etc. Pokoknya bagaimana menghindar kewajiban belajar.
Setelah akhirnya berhasil dipaksa membaca buku pelajaran Agama selama satu jam, Kasih diuji oleh Bunda. Tidak ada jawaban yang benar. Akhirnya Bundanya meledak karena kesabarannya habis. Kasih diharuskan membaca ulang. Dan saat aku pulang sebentar untuk makan malam sebelum kembali kerja, aku diberi kewajiban untuk menghukum anaknya. Satu-satunya cara yang kutahu adalah dengan memberi hukuman besok (hari ini) jajannya akan kami kurangi. Selesai makan malam, aku kembali ke kantor.

Aku pulang lewat tengah malam. Kasih sudah tidur, tapi bundanya terbangun karena kedatanganku. Bunda Kasih bercerita, bahwa Kasih setelah membaca 15 menit sambil menangis tersedu-sedu, ternyata dapat menjawab semua pertanyaan (Kalau Bundanya marah, ia jarang sekali menangis. Tapi kalau yang menegurnya adalah ayahnya, tangisnya seperti sedang mengalami kesedihan yang mendalam).

Keesokan harinya (hari ini), ia berangkat ke sekolah diantar Bunda. Pulangnya aku yang menjemput. Begitu aku datang, ia memberiku uang.

"Uang apa ini, Sayang?" tanyaku.
"Kan jajan Kasih dikurangin.....," jawabnya
"Nggak apa-apa, kok" aku mengembalikan uang tersebut. Tapi ditolaknya.
"Katanya uang jajan Kasih dikurangin."

Aku masygul juga. Setiba di rumah, aku ceritakan hal tersebut pada Bundanya.

"O ya? Tapi dia bawa nasi, kok....." jawab Bundanya enteng saja.

Memang anak dan bunda sama saja. Sama-sama keras kepala......

Minggu, Mei 18, 2008

Luigiy Hilang!

luigiy dan hiliyHari Rabu sore, 14 Mei, diketahui bahwa salah satu kura-kura hijau milik Kasih yang bernama Luigiy hilang. Aku juga baru tahu kalau cara nulisnya Luigiy, bukan Luigi, dari coretan Kasih di kalender.
Coretannya pada tanggal 14 berbunyi: "By (maksudnya bye) Luigiy. dan ada gambar hati yang bermaknakan love.

Sore itu, dengan terisak-isak ia menelponku:
"Ayah.... Luigiy hilang!"

"Nanti Ayah cari, nak. Mungkin Luigiy sembunyi di bawah tempat tidur...." jawabku mencoba menenangkan Kasih.

"Nggak ada, Yah. Padahal.. padahal cuma Kasih tinggalin bentar...." terbata-bata sambil masih terdengar isakannya.

"Tenang aja dulu, Sayang. Nanti pasti ketemu," aku meyakinkannya. Rumah kami yang merupakan dunia luas bagi kura-kura hijau kesayangan anakku itu, tetap saja berukuran 5m X 6m.

Malam harinya, aku mencari Luigiy ke seluruh sudut rumah. Kolong ranjang, kaki lemari, sudut dapur, dan bisa dikatakan habis seluruh lokasi rumah kusisiri. Tapi karena mati lampu, aku dan Kasih menggunakan senter sebagai penerangan.

Akhirnya setelah tiga jam, aku menyerah. Keringatku bercucuran.

"Sayang, kalau Luigiy masih ada di dalam rumah, pasti dia akan keluar nyari mbak Kasih", kataku sambil menatap matanya yang berkaca-kaca. (Ia membahasakan dirinya 'mbak' kepada hewan peliharaan dan boneka-bonekanya).

"Apa ada yang ngambil Luigiy, Ayah?" ia bertanya. Pertanyaan yang wajar, mengingat rumahku dalam kompleks sekolahan taman kanak-kanak. Aku yakin ia tidak bermaksud menuduh siap-siapa, tapi kalau ternyata Luigiy sampai nyelonong keluar rumah, siapa yang menjamin tidak ada yang mengantonginya?

"Kalau ada yang ngambil pasti Luigiy dipelihara baik-baik sama yang ngambil," hiburku sekali lagi.

"Kasih nggak rela.....," dan airmatanya kembali berlinang.

Dan tanggal lima belas malam, sepulang dari kerja, aku melihat tulisan di atas tadi pada kalender meja di atas tv.

Aku menghiburnya dengan berjanji akan membelikan kura-kura lain. Ia hanya menggangguk tanpa semangat.

Hingga kemarin pagi saat kutinggalkan rumah, anakku kelihatan lemas dan hampir tak mau makan. Hiliy, kura-kura hijau yang seekor lagi tetap diberi makan, tetapi kelihatan kalau ia tak begitu bersemangat lagi. Mungkin Kasih merasa berdosa telah menghilang Luigiy. Ia juga tak menagih janjiku untuk membeli kura-kura yang baru.

Kemarin sore, aku masih berkutat dengan persoalan di tempat kerjaku. Telepon berdering. Dari Kasih.

"Ayah! Luigiy ketemu! Di dalam sajadah Bunda!"

Aku jadi lupa dengan problem pekerjaan yang sedang kuhadapi. Suara riangnya terdengar begitu indah, mengobati galau dihatiku.

Menurut perkiraanku, Luigiy bersembunyi di bawah lemari dekat sajadah untuk shalat. Pada malam pencarian kami, ia tertutup kaki lemari pada angle yang susah dilihat, karena lemari menempel dinding. Setelah tiga hari, ia merasa lapar dan keluar dan masuk ke dalam lipatan sajadah. Saat Bunda Kasih hendak shalat Asyar, ia mengibaskan sajadah dan Luigiy terpental. Untuk saja kibasan istriku tidak terlalu kuat.

Malamnya, aku menemukan tulisan "Luigiy ketemu disajadah bunda" pada kotak tanggal 17 Mei di kalender.

Dan akhirnya kutemukan lagi canda riang Kasih anakku tersayang.
Kesadaran baruku timbul. Persoalan seberat apapun tak akan terasa berat selama yang kau kasihi bahagia. Mudah-mudahan hal ini berlaku juga pada pembaca.

Minggu, Mei 11, 2008

Kasih, Princess @ Animal Kingdom

Berbeda dengan bundanya yang tidak suka hewan dan malahan cenderung phobia, Kasih adalah seorang pencinta binatang. Bahkan, saluran televisinya favoritnya adalah Animal Planet! Saking seringnya menonton tayangan-tayangan saluran tv kabel tersebut, ia hapal setiap hewan-hewan dan tokoh-tokoh yang muncul. Bahkan siaran ulang pun tetap dilahapnya berkali-kali.

Ia tidak mengijinkan saya untuk menyakiti hewan, termasuk laba-laba dan semut.
Jika Bunda Kasih memasak ikan, kepiting atau udang dan ia melihat proses 'pembersihannya', maka dapat dipastikan ia tidak akan menyentuh masakan bundanya tersebut.

Sebenarnya ia ingin memelihara kucing, bahkan monyet, tetapi bundanya tak pernah setuju. Akhirnya kami hanya memelihara peliharaan air.

Sewaktu masih di Jambi,kami memelihara maskoki jenis ranchu berbagai warna. Kasih memberi nama satu per satu ranchu-nya, tapi aku sudah tak ingat lagi nama-nama apa yang ia berikan. Yang jelas, bukan nama yang umum.
Kami juga memberinya seekor bayi kura-kura brazil (red ear slider) yang diberi nama "Turtle" (he he he......)

Seekor ikan palmas (Polypterus palmas polli) yang disebut juga ikan naga juga menjadi peliharaan kami. Kami pelihara mulai dari panjang 5 cm hingga terakhir sebelum pindah ke Banda Aceh sudah 25 cm panjangnya. Memiliki hewan peliharaan memang membuat kita harus disiplin. Setiap pergi selalu teringat bahwa ikan peliharaan belum diberi makan, airnya apakah masih bersih, apakah filternya sudah waktunya diganti, dan lain-lain. Kalau keluar kota terpaksa mencari orang untuk mengawasi makanannya.

Ketika musim ayam teletubbies (anak ayam sortiran yang diberi pewarna, Kasih tak luput merengek minta dibelikan sepulang dari les bahasa Inggris di pasar Angso Duo. Karena tak tega, akhirnya kami membelikan 3 ekor. Tapi karena namanya ayam reject, tiga hari kemudian salah satunya mati. Satunya lagi menyusul seminggu kemudian.
Tak sanggup menahan kesedihan, kemudian Kasih memberikan sisanya yang seekor ke seorang anak temanku. Eh, malah usianya cukupnya panjang juga, sampai kami pindah dari Jambi, si Teletubby masih hidup.

Rumah kami yang kecil di Banda Aceh tidak memungkinkan untuk memiliki akuarium yang besar. Tapi karena Kasih sangat ingin memelihara hewan, ketika ke Medan aku membelikan tiga ekor kura-kura hijau untuknya. Ia memberi nama: Luigi, Hili dan Kura (!)
Kura ternyata tak beruntung, hanya berumur tiga bulan dan kemudian terpaksa kami kebumikan. Aku tak sanggup menceritakan tentang kesedihan Kasih saat itu.
Sekarang yang tertinggal adalah Luigi dan Hili (yang aku dan bundanya tidak bisa membedakan antara Luigi dan Hili). Hampir setiap saat Kasih bermain dengan keduanya, kadang dibawa jalan-jalan, atau diajak bermain di tempat tidur. Lucunya, hewan itu sangat patuh padanya. Jika Kasih memberi perintah: "Ayo main!", maka keduanya akan mengeluarkan kepala dan berjalan mendekatinya.

Dan kalau ia mau berangkat sekolah, tak lupa Kasih mencium kura-kuranya itu!

Jumat, Mei 09, 2008

Geli, Tau!

Alhamdulillah, Kasih sudah tidak demam lagi. Berganti dengan pilek dan batuk.
(Dasar Melayu, apapun kejadian tetap untung....)

Artinya Kasih terkena flu biasa.

Tapi hidungnya yang buntu membuat tidurnya gelisah. Ia sering mengigau sehingga aku dan bundanya tidak dapat tidur nyenyak. Alhasil pagi harinya kami berdua berangkat kerja dengan badan pegal linu dan mata kuyu.

Di tempat kerja Bunda Kasih, siang itu kedatangan sales alat pijat elektrik berbentuk lumba-lumba.
Berkat kepiawaian sang sales ditambah kondisi tubuh Bunda Kasih yang pegal-pegal, akhirnya satu alat massaseur itu menjadi milik kami. Bunda Kasih bermaksud segera mendayagunakan alat tersebut setibanya di rumah sore hari.

Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, malam itu giliran wilayah rumah kami mendapat jatah pemadaman arus listrik. Niat hati untuk berpijat ria terpaksa ditunda sampai listrik kembali menyala.

Jam sepuluh malam akhirnya berakhir jatah gelap gulita kami. Kasih tertidur satu jam sebelumnya.
Tanpa membuang waktu Bunda Kasih segera menancapkan stekker buntut ikan dolphin itu ke dalam stop kontak. Dan kemudian terdengar suara dengung dari motor pemijat dan kalimat Aduh.... enaknya!" dari mulut Bunda Kasih.

Kasih gelisah dan mengigau (hidungnya masih buntu oleh ingus). Bunda Kasih yang merasa kasihan kemudian memegang pergelangan kaki kanan Kasih dengan tangan kiri dan menggetarkan telapak kaki putri kesayangan kami itu dengan alat yang dipegang dengan tangan kanan. Setelah dirasakan cukup, pindah ke tapak kaki sebelah kiri. Kasih tak bergeming. Ia berhenti mengigau dan tidur dengan lelap sampai pagi.

Kamis, keesokan harinya, sekalian pulang istirahat makan siang aku menjemputnya dari sekolah. Di tengah perjalanan , ia bertanya:

"Ayah, Ayah tadi malam pijit kaki Kasih pake Dolphin, ya?"

Belum sempat aku menjawab bahwa bundanya yang melakukan itu -bukan aku, ia sudah mengajukan komplain:

"GELI, TAU!"

Sabtu, Mei 03, 2008

Kasih Panas

Tadi malam Kasih badannya panas. Suhu tubuhnya hampir 38°C.
Bundanya langsung panik. Apalagi aku, ayahnya.
Sekarang yang namanya penyakit menyerang tanpa tanda-tanda. Sedikit panas bisa berarti blood fever, avian flu, atau tifus.

"Ke Dokter ya, Sayang?" bujukku.

Ia menggeleng. Airmatanya mulai berlinang.

Kami semakin panik. Kasih bukanlah anak yang gampang menangis meskipun sedang sakit.
Akhir setelah dibujuk-bujuk dengan susah payah, ia bersedia minum obat penurun panas.

Episode kedua adalah membujuknya untuk makan.
Ini tak mau, itu tak sudi. Akhirnya aku melempar pertanyaan terakhir:

"Kasih mau makan apa, Sayang? Mau bubur ayam dekat Putroe Phang? Atau Sop Sumsum Kutaraja?"

Dengan suara lirih ia memilih bubur ayam. Alhamdulillah!

Terburu-buru aku berangkat. Syukurlah yang jualan bubur ayam masih ada.

Aku bergegas pulang dengan dua bungkus bubur ayam dalam genggaman. Melihatnya mau makan, meskipun tak habis, hatiku agak tenang.

Kasih tertidur tak lama kemudian.

Bunda Kasih bercerita kepadaku:

"Tau kenapa Kasih tadi nangis?"

"Dia nangis karena melihat kita panik. Waktu Sayang (kami masih memanggil masing-masing dengan 'Sayang') beli bubur ayam, dia minta kita jangan panik karena akan membuat ia sedih.
Waktu Bunda bilang kita panik karena anak satu-satunya sakit, dia tetap ngotot kita jangan panik. Dia hanya panas sedikit, bukan kenapa-kenapa....."

Aku tak tau mau ketawa atau nangis. Orang tua khawatir karena anaknya sakit, anaknya sedih karena orangtuanya kuatir......

Jumat, Mei 02, 2008

Masih?

Tadi malam ketika hampir separuh kota gelap gulita (krisis energi) kami menonton Indonesian Idol di RCTI via handphone Kasih.

Ketika Anang mengomentari salah satu calon Idol, Bunda Kasih memberitahukan kepada Kasih (seakan-akan salah satu jawaban untuk ujian naik kelas):

"Itu Anang, suaminya Kris Dayanti....."

Kasih bertanya: "Masih?"

Bunda Kasih: "Masih apanya, sayang?"

Kasih: "Masih suaminya Kris Dayanti?"

Terheran-heran, Bunda Kasih me-reply: "Ya, masih. Memangnya kenapa?"

Dengan polos Kasih berkata: "Sekarang kan biasa artis cerai....."