Suatu hari, guru Bahasa Indonesia Kasih melontarkan pertanyaan:
Beberapa anak, termasuk Kasih, tunjuk tangan.
Ibu guru melanjutkan dengan pengumuman:
Sepulang sekolah, Kasih bercerita padaku.
Aku bertanya:
"Nggak..."
"Kaya'nya iya..."
"Kaya'nya nggak juga..."
Anakku gantian bertanya:
"Kalau bukan di sekolah, dan Kasih mentaati peraturan tentang pacaran yang Ayah bilang, Ayah nggak melarang..."
Peraturan pacaran yang aku buat tak perlu dijabarkan di sini, tapi yang jelas aku terapkan rambu-rambu sosial dan moral kepadanya, dan aku percaya anakku akan mentaatinya.
Beberapa hari kemudian, Kasih kembali bercerita padaku. Ia ditanya guru tersebut, apakah masih pacaran.
"Kasih jawab ya"
"Kenapa masih pacaran?"
"Ayah saya TIDAK melarang saya pacaran kok, bu..."
"Orang tua macam apa!"
Tawaku meledak. Plong rasanya.
Baiklah. Akan aku jelaskan (kalau ada yang bertanya-tanya).
Satu hal yang aku minta dari Kasih adalah JANGAN BERBOHONG. Mungkin aku akan marah kalau ia melakukan kesalahan, mungkin juga tidak. Tergantung kesalahan apa yang dilakukan.
Melarang anak tanpa alasan kuat hanya membuat anak meragukan integritas kita, bahkan mungkin membuat anak menjadi tertutup atau suka berahasia kepada orangtuanya.
Meski tidak melarangnya pacaran, bukan berarti aku menyuruh! Tapi kalau ia memang menyukai seseorang dan kemudian 'berpacaran', ada hal-hal yang TIDAK BOLEH dilakukan, misalnya: pacaran di sekolah karena akan mengganggu konsentrasi belajar, tidak boleh 'begini-begitu' karena selain melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, yang jika dilanggar akan berujung pada konsekuensi yang serius, juga dilarang dalam agama (Ini enaknya tinggal di daerah yang melaksanakan syariat Islam, he he he). Selain itu, kalau pacaran prestasi harus tambah bagus. Malu kan sama pacar kalau nilainya jelek?
Aku bangga karena Kasih menjawab pertanyaan gurunya dengan jujur. Inilah yang membuatku lega.
"Ayah kalau dipanggil bu guru ke sekolah, gimana?"
"Ya Ayah pasti datang, nak!"
"Ayah jawab aja memang Ayah nggak melarang Kasih pacaran...."
Aku pasti datang kalau dipanggil. Aku memang ingin ketemu dengan gurunya.
Perlu diketahui, guru tersebut seorang ibu yang baik dan sukses. Semua anaknya bersekolah di beberapa Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia, dan bahkan ada yang menyelesaikan jenjang S2 serta semuanya mempunyai kedudukan terhormat (yang paling kecil masih kuliah).
Sebagai single parent, aku adalah Ayah dan Ibu sekaligus. Aku masih belajar dan akan terus belajar bagaimana menjadi orangtua yang baik. Aku menerima masukan apa saja, meskipun belum tentu semuanya aku terapkan. Akan ada filtering, analisis, renungan, diskusi, bahkan perdebatan.