Rabu, Mei 28, 2008

Ayah Kasih Cuti

Karena Kasih mau ujian kenaikan kelas, aku memutuskan untuk mengajukan permohonan cuti. Selain untuk membantu anakku belajar, toh cutiku akan hangus percuma jika tidak kumanfaatkan.

Hari Senin silam aku mendapat kepastian bahwa permohonan cutiku dikabulkan boss. Kabar gembira ini kusampaikan kepada Bunda Kasih via telepon. Aku sendiri masih tertahan di Medan untuk suatu urusan sampai Selasa malam kemarin.

Bunda segera memberitahukan hal ini kepada Kasih.

"Kasih, ayah cuti selama ujian untuk membantu Kasih belajar."

Ternyata, sambil menepuk jidat anakku menanggapi dengan kalimat:

"Wad-duh! Mati Kasih........"

Selasa, Mei 27, 2008

Hantu Rock

Tadi malam Kasih dan Bunda menjemputku dari bandara. Akhir-akhir ini aku selalu menggunakan last flight dari Medan. Paling cepat mendarat jam sembilan malam kalau on time. Tetapi karena kondisi cuaca, biasanya terlambat setengah sampai dua jam. Meskipun begitu, Bunda Kasih selalu menjemputku. Bukan karena kuminta, tetapi memang kemauannya sendiri. Mereka akan berangkat dari rumah beberapa menit setelah kuberi kabar bahwa aku boarding.

Sebetulnya Kasih sudah tidur saat diajak Bunda ke bandara. Sebetulnya ia tidak ingin pergi dan memilih tinggal sendirian (!) di rumah. Tapi karena tidak ingin meninggalkan Kasih (Banda Aceh masih sering gempa dan sangat sering lisrik padam), Bundanya memaksa dengan alasan takut pergi sendirian malam-malam.

Dalam perjalanan dari rumah ke bandara (kurang lebih 14 kilometer), Bunda Kasih heran kenapa ia diam saja.

"Mungkin tidur lagi," pikirnya. Bundanya memanggil untuk memastikan:

"Kasih... Kasih...."

Dengan cepat ia menjawab:

"Ada apa, Bunda?"

"Kasih tidur, ya?"

"Iya.... Tapi nanti kalau ada hantu, Kasih dibangunin aja..."

Dengan menahan gelak, Bunda Kasih bertanya:

"Kalau ada hantu, mau Kasih apain?"

"Tergantung hantunya. Kalau rambutnya gondrong, Kasih putar lagu rock!"

Jumat, Mei 23, 2008

Kasih Dimarahin

Kemarin Kasih kena marah karena malas belajar.
Anakku satu-satunya ini paling malas membaca. Ia sangat cepat menangkap sesuatu yang ditampilkan secara audio visual. Tapi jika harus membaca, nanti dulu...

Karena ujian kenaikan kelas sudah dekat, aku dan bundanya memaksanya belajar. Tentu saja yang dimaksud belajar adalah membaca buku teks. Ada saja alasannya untuk menghindar. Tunggu tayangan tv favoritnya selesai, memberi makan-kura-kura, kebelet ke belakang, haus, etc. Pokoknya bagaimana menghindar kewajiban belajar.
Setelah akhirnya berhasil dipaksa membaca buku pelajaran Agama selama satu jam, Kasih diuji oleh Bunda. Tidak ada jawaban yang benar. Akhirnya Bundanya meledak karena kesabarannya habis. Kasih diharuskan membaca ulang. Dan saat aku pulang sebentar untuk makan malam sebelum kembali kerja, aku diberi kewajiban untuk menghukum anaknya. Satu-satunya cara yang kutahu adalah dengan memberi hukuman besok (hari ini) jajannya akan kami kurangi. Selesai makan malam, aku kembali ke kantor.

Aku pulang lewat tengah malam. Kasih sudah tidur, tapi bundanya terbangun karena kedatanganku. Bunda Kasih bercerita, bahwa Kasih setelah membaca 15 menit sambil menangis tersedu-sedu, ternyata dapat menjawab semua pertanyaan (Kalau Bundanya marah, ia jarang sekali menangis. Tapi kalau yang menegurnya adalah ayahnya, tangisnya seperti sedang mengalami kesedihan yang mendalam).

Keesokan harinya (hari ini), ia berangkat ke sekolah diantar Bunda. Pulangnya aku yang menjemput. Begitu aku datang, ia memberiku uang.

"Uang apa ini, Sayang?" tanyaku.
"Kan jajan Kasih dikurangin.....," jawabnya
"Nggak apa-apa, kok" aku mengembalikan uang tersebut. Tapi ditolaknya.
"Katanya uang jajan Kasih dikurangin."

Aku masygul juga. Setiba di rumah, aku ceritakan hal tersebut pada Bundanya.

"O ya? Tapi dia bawa nasi, kok....." jawab Bundanya enteng saja.

Memang anak dan bunda sama saja. Sama-sama keras kepala......

Minggu, Mei 18, 2008

Luigiy Hilang!

luigiy dan hiliyHari Rabu sore, 14 Mei, diketahui bahwa salah satu kura-kura hijau milik Kasih yang bernama Luigiy hilang. Aku juga baru tahu kalau cara nulisnya Luigiy, bukan Luigi, dari coretan Kasih di kalender.
Coretannya pada tanggal 14 berbunyi: "By (maksudnya bye) Luigiy. dan ada gambar hati yang bermaknakan love.

Sore itu, dengan terisak-isak ia menelponku:
"Ayah.... Luigiy hilang!"

"Nanti Ayah cari, nak. Mungkin Luigiy sembunyi di bawah tempat tidur...." jawabku mencoba menenangkan Kasih.

"Nggak ada, Yah. Padahal.. padahal cuma Kasih tinggalin bentar...." terbata-bata sambil masih terdengar isakannya.

"Tenang aja dulu, Sayang. Nanti pasti ketemu," aku meyakinkannya. Rumah kami yang merupakan dunia luas bagi kura-kura hijau kesayangan anakku itu, tetap saja berukuran 5m X 6m.

Malam harinya, aku mencari Luigiy ke seluruh sudut rumah. Kolong ranjang, kaki lemari, sudut dapur, dan bisa dikatakan habis seluruh lokasi rumah kusisiri. Tapi karena mati lampu, aku dan Kasih menggunakan senter sebagai penerangan.

Akhirnya setelah tiga jam, aku menyerah. Keringatku bercucuran.

"Sayang, kalau Luigiy masih ada di dalam rumah, pasti dia akan keluar nyari mbak Kasih", kataku sambil menatap matanya yang berkaca-kaca. (Ia membahasakan dirinya 'mbak' kepada hewan peliharaan dan boneka-bonekanya).

"Apa ada yang ngambil Luigiy, Ayah?" ia bertanya. Pertanyaan yang wajar, mengingat rumahku dalam kompleks sekolahan taman kanak-kanak. Aku yakin ia tidak bermaksud menuduh siap-siapa, tapi kalau ternyata Luigiy sampai nyelonong keluar rumah, siapa yang menjamin tidak ada yang mengantonginya?

"Kalau ada yang ngambil pasti Luigiy dipelihara baik-baik sama yang ngambil," hiburku sekali lagi.

"Kasih nggak rela.....," dan airmatanya kembali berlinang.

Dan tanggal lima belas malam, sepulang dari kerja, aku melihat tulisan di atas tadi pada kalender meja di atas tv.

Aku menghiburnya dengan berjanji akan membelikan kura-kura lain. Ia hanya menggangguk tanpa semangat.

Hingga kemarin pagi saat kutinggalkan rumah, anakku kelihatan lemas dan hampir tak mau makan. Hiliy, kura-kura hijau yang seekor lagi tetap diberi makan, tetapi kelihatan kalau ia tak begitu bersemangat lagi. Mungkin Kasih merasa berdosa telah menghilang Luigiy. Ia juga tak menagih janjiku untuk membeli kura-kura yang baru.

Kemarin sore, aku masih berkutat dengan persoalan di tempat kerjaku. Telepon berdering. Dari Kasih.

"Ayah! Luigiy ketemu! Di dalam sajadah Bunda!"

Aku jadi lupa dengan problem pekerjaan yang sedang kuhadapi. Suara riangnya terdengar begitu indah, mengobati galau dihatiku.

Menurut perkiraanku, Luigiy bersembunyi di bawah lemari dekat sajadah untuk shalat. Pada malam pencarian kami, ia tertutup kaki lemari pada angle yang susah dilihat, karena lemari menempel dinding. Setelah tiga hari, ia merasa lapar dan keluar dan masuk ke dalam lipatan sajadah. Saat Bunda Kasih hendak shalat Asyar, ia mengibaskan sajadah dan Luigiy terpental. Untuk saja kibasan istriku tidak terlalu kuat.

Malamnya, aku menemukan tulisan "Luigiy ketemu disajadah bunda" pada kotak tanggal 17 Mei di kalender.

Dan akhirnya kutemukan lagi canda riang Kasih anakku tersayang.
Kesadaran baruku timbul. Persoalan seberat apapun tak akan terasa berat selama yang kau kasihi bahagia. Mudah-mudahan hal ini berlaku juga pada pembaca.

Minggu, Mei 11, 2008

Kasih, Princess @ Animal Kingdom

Berbeda dengan bundanya yang tidak suka hewan dan malahan cenderung phobia, Kasih adalah seorang pencinta binatang. Bahkan, saluran televisinya favoritnya adalah Animal Planet! Saking seringnya menonton tayangan-tayangan saluran tv kabel tersebut, ia hapal setiap hewan-hewan dan tokoh-tokoh yang muncul. Bahkan siaran ulang pun tetap dilahapnya berkali-kali.

Ia tidak mengijinkan saya untuk menyakiti hewan, termasuk laba-laba dan semut.
Jika Bunda Kasih memasak ikan, kepiting atau udang dan ia melihat proses 'pembersihannya', maka dapat dipastikan ia tidak akan menyentuh masakan bundanya tersebut.

Sebenarnya ia ingin memelihara kucing, bahkan monyet, tetapi bundanya tak pernah setuju. Akhirnya kami hanya memelihara peliharaan air.

Sewaktu masih di Jambi,kami memelihara maskoki jenis ranchu berbagai warna. Kasih memberi nama satu per satu ranchu-nya, tapi aku sudah tak ingat lagi nama-nama apa yang ia berikan. Yang jelas, bukan nama yang umum.
Kami juga memberinya seekor bayi kura-kura brazil (red ear slider) yang diberi nama "Turtle" (he he he......)

Seekor ikan palmas (Polypterus palmas polli) yang disebut juga ikan naga juga menjadi peliharaan kami. Kami pelihara mulai dari panjang 5 cm hingga terakhir sebelum pindah ke Banda Aceh sudah 25 cm panjangnya. Memiliki hewan peliharaan memang membuat kita harus disiplin. Setiap pergi selalu teringat bahwa ikan peliharaan belum diberi makan, airnya apakah masih bersih, apakah filternya sudah waktunya diganti, dan lain-lain. Kalau keluar kota terpaksa mencari orang untuk mengawasi makanannya.

Ketika musim ayam teletubbies (anak ayam sortiran yang diberi pewarna, Kasih tak luput merengek minta dibelikan sepulang dari les bahasa Inggris di pasar Angso Duo. Karena tak tega, akhirnya kami membelikan 3 ekor. Tapi karena namanya ayam reject, tiga hari kemudian salah satunya mati. Satunya lagi menyusul seminggu kemudian.
Tak sanggup menahan kesedihan, kemudian Kasih memberikan sisanya yang seekor ke seorang anak temanku. Eh, malah usianya cukupnya panjang juga, sampai kami pindah dari Jambi, si Teletubby masih hidup.

Rumah kami yang kecil di Banda Aceh tidak memungkinkan untuk memiliki akuarium yang besar. Tapi karena Kasih sangat ingin memelihara hewan, ketika ke Medan aku membelikan tiga ekor kura-kura hijau untuknya. Ia memberi nama: Luigi, Hili dan Kura (!)
Kura ternyata tak beruntung, hanya berumur tiga bulan dan kemudian terpaksa kami kebumikan. Aku tak sanggup menceritakan tentang kesedihan Kasih saat itu.
Sekarang yang tertinggal adalah Luigi dan Hili (yang aku dan bundanya tidak bisa membedakan antara Luigi dan Hili). Hampir setiap saat Kasih bermain dengan keduanya, kadang dibawa jalan-jalan, atau diajak bermain di tempat tidur. Lucunya, hewan itu sangat patuh padanya. Jika Kasih memberi perintah: "Ayo main!", maka keduanya akan mengeluarkan kepala dan berjalan mendekatinya.

Dan kalau ia mau berangkat sekolah, tak lupa Kasih mencium kura-kuranya itu!

Jumat, Mei 09, 2008

Geli, Tau!

Alhamdulillah, Kasih sudah tidak demam lagi. Berganti dengan pilek dan batuk.
(Dasar Melayu, apapun kejadian tetap untung....)

Artinya Kasih terkena flu biasa.

Tapi hidungnya yang buntu membuat tidurnya gelisah. Ia sering mengigau sehingga aku dan bundanya tidak dapat tidur nyenyak. Alhasil pagi harinya kami berdua berangkat kerja dengan badan pegal linu dan mata kuyu.

Di tempat kerja Bunda Kasih, siang itu kedatangan sales alat pijat elektrik berbentuk lumba-lumba.
Berkat kepiawaian sang sales ditambah kondisi tubuh Bunda Kasih yang pegal-pegal, akhirnya satu alat massaseur itu menjadi milik kami. Bunda Kasih bermaksud segera mendayagunakan alat tersebut setibanya di rumah sore hari.

Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, malam itu giliran wilayah rumah kami mendapat jatah pemadaman arus listrik. Niat hati untuk berpijat ria terpaksa ditunda sampai listrik kembali menyala.

Jam sepuluh malam akhirnya berakhir jatah gelap gulita kami. Kasih tertidur satu jam sebelumnya.
Tanpa membuang waktu Bunda Kasih segera menancapkan stekker buntut ikan dolphin itu ke dalam stop kontak. Dan kemudian terdengar suara dengung dari motor pemijat dan kalimat Aduh.... enaknya!" dari mulut Bunda Kasih.

Kasih gelisah dan mengigau (hidungnya masih buntu oleh ingus). Bunda Kasih yang merasa kasihan kemudian memegang pergelangan kaki kanan Kasih dengan tangan kiri dan menggetarkan telapak kaki putri kesayangan kami itu dengan alat yang dipegang dengan tangan kanan. Setelah dirasakan cukup, pindah ke tapak kaki sebelah kiri. Kasih tak bergeming. Ia berhenti mengigau dan tidur dengan lelap sampai pagi.

Kamis, keesokan harinya, sekalian pulang istirahat makan siang aku menjemputnya dari sekolah. Di tengah perjalanan , ia bertanya:

"Ayah, Ayah tadi malam pijit kaki Kasih pake Dolphin, ya?"

Belum sempat aku menjawab bahwa bundanya yang melakukan itu -bukan aku, ia sudah mengajukan komplain:

"GELI, TAU!"

Sabtu, Mei 03, 2008

Kasih Panas

Tadi malam Kasih badannya panas. Suhu tubuhnya hampir 38°C.
Bundanya langsung panik. Apalagi aku, ayahnya.
Sekarang yang namanya penyakit menyerang tanpa tanda-tanda. Sedikit panas bisa berarti blood fever, avian flu, atau tifus.

"Ke Dokter ya, Sayang?" bujukku.

Ia menggeleng. Airmatanya mulai berlinang.

Kami semakin panik. Kasih bukanlah anak yang gampang menangis meskipun sedang sakit.
Akhir setelah dibujuk-bujuk dengan susah payah, ia bersedia minum obat penurun panas.

Episode kedua adalah membujuknya untuk makan.
Ini tak mau, itu tak sudi. Akhirnya aku melempar pertanyaan terakhir:

"Kasih mau makan apa, Sayang? Mau bubur ayam dekat Putroe Phang? Atau Sop Sumsum Kutaraja?"

Dengan suara lirih ia memilih bubur ayam. Alhamdulillah!

Terburu-buru aku berangkat. Syukurlah yang jualan bubur ayam masih ada.

Aku bergegas pulang dengan dua bungkus bubur ayam dalam genggaman. Melihatnya mau makan, meskipun tak habis, hatiku agak tenang.

Kasih tertidur tak lama kemudian.

Bunda Kasih bercerita kepadaku:

"Tau kenapa Kasih tadi nangis?"

"Dia nangis karena melihat kita panik. Waktu Sayang (kami masih memanggil masing-masing dengan 'Sayang') beli bubur ayam, dia minta kita jangan panik karena akan membuat ia sedih.
Waktu Bunda bilang kita panik karena anak satu-satunya sakit, dia tetap ngotot kita jangan panik. Dia hanya panas sedikit, bukan kenapa-kenapa....."

Aku tak tau mau ketawa atau nangis. Orang tua khawatir karena anaknya sakit, anaknya sedih karena orangtuanya kuatir......

Jumat, Mei 02, 2008

Masih?

Tadi malam ketika hampir separuh kota gelap gulita (krisis energi) kami menonton Indonesian Idol di RCTI via handphone Kasih.

Ketika Anang mengomentari salah satu calon Idol, Bunda Kasih memberitahukan kepada Kasih (seakan-akan salah satu jawaban untuk ujian naik kelas):

"Itu Anang, suaminya Kris Dayanti....."

Kasih bertanya: "Masih?"

Bunda Kasih: "Masih apanya, sayang?"

Kasih: "Masih suaminya Kris Dayanti?"

Terheran-heran, Bunda Kasih me-reply: "Ya, masih. Memangnya kenapa?"

Dengan polos Kasih berkata: "Sekarang kan biasa artis cerai....."