Selasa, November 30, 2004

Nonton Bioskop

Waktu umur 2 - 3 tahun, Kasih sudah beberapa kali nonton film di cineplex. Saya ingat, kami nonton 'Little Vampire' di Malang dan beberapa film lagi di Jakarta (termasuk 'Petualangan Sherina').

Kemudian kami pindah ke Banda Aceh, yang cineplexnya kurang representatif dan film yang diputar ketinggalan beberapa bulan. Malah perkiraan saya, tv duluan muter daripada cineplex!

Gairah menonton di bioskop Kasih timbul, sewaktu thriller 'Disini Ada Setan: The Movie' gencar di tv. Saya sebenarnya tidak setuju Kasih menonton film horor, tapi keinginannya untuk menonton kuat sekali. Dan seperti biasa, jarang kemauan Kasih yang tidak dituruti. Maklum, anak semata wayang....

Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya cineplex di Jambi memutar film tersebut, terlambat 1 bulan dari premiere di kota-kota besar.

Singkat story, Kasih sudah berada di dalam gedung bioskop dengan Bunda. Penontonnya lumayan banyak. Saya tidak ikut, karena benar-benar tidak tertarik dengan horror lokal. Menurut saya, special effect-nya masih tanggung.

Kekacauan pun dimulai....
"Bunda, kok tv-nya besar sekali?", Kasih bertanya. (Malu-maluin bener! Padahal udah berapa kali diajak ke bioskop!) Perlu diketahui, Kasih mempunyai suara cempreng dengan volume yang bisa terdengar di seluruh penjuru gedung.

Akhirnya, setelah lampu padam dan film mulai diputar.....

"Itu lampunya kok masih hidup? Suruh matiin, Bunda!", kata Kasih sambil menunjuk sinar yang menyorot dari proyektor.

Bayangin! Kalau proyektornya dimatiin, mau nonton apa?

Ok! Selamat buat perfilman nasional yang mulai bangkit. Please, tolong bikin film anak-anak lebih banyak, yang benar-benar menarik dan mendidik. Tidak seperti acara sinetron tv yang isinya kenakalan (baca: kriminalitas anak dan remaja), tahayul, pola hidup konsumtif, dan erotisme.

Jumat, November 26, 2004

Bahasa Arab

Waktu Kasih masih TK di Banda Aceh beberapa tahun yang lalu, ada juga pelajaran bahasa Arabnya. Maklum, Serambi Mekkah!

Saya penasaran, apakah ia masih ingat akan hal tersebut. Jadi, suatu hari saya bertanya.

Saya : "Wahidun artinya apa?"

Kasih : "Satu"

Saya : "Isnaini?"

Kasih : "Dua"

Saya : "Arba'atun?"

Kasih : "Empat"

Saya : "............Kadijatun?"

Kasih (tanpa ragu-ragu!) : "Cantik!"

(Info : Guru Kasih disekolah memanggilnya dengan nama Kadija)

Kamis, November 25, 2004

Disamping Yang Jual Belut

Pasar Tradisional terbesar di Jambi adalah Pasar Angso Duo, terletak di pusat keramaian kota Jambi.

Bunda Kasih jarang ke pasar tersebut, karena:

  1. Becek
  2. Jarang masak (kami cuman bertiga!)
  3. Supermarket sering lebih murah
  4. Ada warung dekat rumah yang jual sayur dan ikan

Meskipun tujuan kami mall atau supermarket, saya dan Bunda Kasih biasa menyebut ke pasar, jika tempat yang di tuju masih berada di sekitar pasar tersebut.

Kami biasa membeli baju untuk Kasih di toko-toko pusat kota, karena biasanya model dan bahannya bagus-bagus (kadang import dari Singapura atau Korea) plus harganya lumayan murah. And most important, 'gak barang umum seperti kalo beli di department store!

Bayangin aja kalo beli di Matahari or Ramayana, jalan 1 km mungkin udah ketemu 5 anak pakai baju yang sama! (he he, 'gak mungkin lah yaw!)

Baru-baru ini, kami main ke rumah seorang kawan. Kasih ditanyain sama anak teman tersebut:

"Kasih, bajunyo bagus nian. Beli dimano?" (Ini dialek Jambi)
"Beli di Pasar Angso Duo", jawab Kasih.
"Di Pasar Angso Duo kan tempat orang jual ikan?"
"Iya, belinya disamping orang jual belut", jawab Kasih tenang.


Selasa, November 23, 2004

Australia

Kami baru pindah beberapa bulan ke Jambi waktu itu.

Kasih tiba-tiba berkata:

"Ayah, kita ke Australi, yuk!"

"Naik apa kita ke Australia, nak?", tanyaku dengan masygul.

Kami memang kalau ada kesempatan suka jalan-jalan. Tapi tentu saja aku tak pernah membayangkan anakku minta jalan-jalan ke Australia!

"Kita naik angkot kuning aja, Yah. Nanti baru kita bilang supirnya berhenti di Australi!"

Aku cuma bisa bengong. Angkot kuning adalah angkutan umum jurusan terminal Rawasari - Terminal Simpang Rimbo di kota Jambi.

Minggu, November 21, 2004

PEMILU

Hura hura Pemilu sudah lewat. 'Wakil rakyat' yang disebut dengan 'Anggota Dewan Yang Terhormat' 'terpilih' dan menduduki kursi empuk di ruang-ruang gedung MPR dan DPRD lengkap dengan fasilitasnya. Presiden terpilih sudah menunjuk menteri dan membuat program 100 hari.
Buat Kasih, pemilu yang diingat adalah 'AGUM GURMELAR' (bener, 'gurmelar' bukan 'gumelar') dan PARTAI POLITIK. SBY pun disebutnya AGUM GURMELAR. Suasana penghitungan suara di TPSPada saat putaran kedua pemilihan presiden, Kasih ikut ke bilik pencoblosan pada saat saya mencoblos.
"Ayah, kok pilih YUSUF KALAH? Supaya 'gak kalah lagi ya, Yah?", tanyanya dengan suara yang pasti terdengar anggota KPU, PANWASLU, peninjau dan siapa saja yang hadir di situ.

Akhir kata, saya ucapkan selamat buat anggota dewan terpilih, juga presiden/wakil presiden dan pembantu-pembantunya. Selamat bekerja.

Please, jangan buat sengsara generasi Kasih dan seterusnya dengan hutang yang menggunung. Bikin Indonesia yang aman, nyaman, damai bersih dan berkeadilan.