Bulan Juli lalu, Bunda Kasih terpilih sebagai Guru Taman Kanak-Kanak Berprestasi untuk mewakili Kota Banda Aceh ke tingkat Provinsi. Kalau menjadi pemenang pertama hadiahnya adalah umroh ke tanah suci, selain berangkat ke Jakarta untuk mewakili Provinsi.
Jauh hari sebelumnya aku sudah mewanti-wanti bahwa ia tidak boleh kecewa kalau tidak menjadi juara.
Secara objektif aku yakin istriku bisa menang. Bukan karena aku suaminya, tapi memang karena prestasi-prestasi yang diraih sebelumnya dan kemampuan istriku sebagai guru. Tentu saja KALAU jurinya juga objektif, ha ha ha.
Bahwa ia sampai maju mewakili kota sudah merupakan kejutan buatku. Perlu kujelaskan bahwa Bunda Kasih BUKAN orang Aceh. Tidak perlu ada penjelasan lain. Titik.
Akhirnya seperti dugaanku, istriku gagal meraih juara satu, meski menempati posisi runner up.
Aku menangkap raut kekecewaan pada wajah istriku. Apa lagi demi mengikuti acara pemilihan guru berprestasi tersebut, ia tak bisa menemani Kasih berlibur ke Jakarta.
Sepulang dari hotel tempat acara pemilihan berlangsung (istriku menginap selama 4 hari di hotel) ia menelpon Kasih yang masih di Jakarta bersama Nenek dan Kakeknya.
Setelah melepas rindu lewat suara, terjadi dialog antara ibu dan anak via telpon:
'Nak, Bunda juara dua, bukan juara satu...'
'Dapat hadiah, Bunda?'
'Dapat, nak. Laptop'
'Tapi Bunda nggak jadi umroh?'
'Nggak, nak. Umroh buat yang juara satu'
'Apa gara-gara doa Kasih, ya, makanya Bunda nggak juara satu?'
'Apa doa Kasih, sayang?'
'Kasih berdoa: Ya Tuhan, buatlah Bunda Kasih menang, tapi Kasih sedih kalau Bunda pergi lama-lama....'
Rupanya Kasih sudah diinfokan bahwa kalau menang, maka Bundanya akan pergi cukup lama. Mulai dari mengikuti pemilihan tingkat Nasional di Jakarta kemudian dilanjutkan dengan berangkat umroh. Lamanya kira-kira sebulan penuh.
'Maafin Kasih, ya, Bunda...', anakku meminta maaf kepada Bundanya, karena telah mengajukan doa yang terkabul!
Aku katakan kepada istriku bahwa Tuhan mendengarkan doa Kasih pasti karena ada kebaikan yang terkandung dalam doa tersebut.
'Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sayang. Kasih nggak salah, kok. Doa Kasih sudah betul', kata istriku sambil menahan air mata rindu. Kepergian Kasih ke Jakarta adalah perpisahannya yang pertama dengan kami berdua, dan terlama dengan Bundanya.
Minggu, September 28, 2008
Doa Kasih Terkabul
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kelihatannya keluarganya kok harmonis sekali...
Posting Komentar