Waktu umur 2 - 3 tahun, Kasih sudah beberapa kali nonton film di cineplex. Saya ingat, kami nonton 'Little Vampire' di Malang dan beberapa film lagi di Jakarta (termasuk 'Petualangan Sherina').
Kemudian kami pindah ke Banda Aceh, yang cineplexnya kurang representatif dan film yang diputar ketinggalan beberapa bulan. Malah perkiraan saya, tv duluan muter daripada cineplex!
Gairah menonton di bioskop Kasih timbul, sewaktu thriller 'Disini Ada Setan: The Movie' gencar di tv. Saya sebenarnya tidak setuju Kasih menonton film horor, tapi keinginannya untuk menonton kuat sekali. Dan seperti biasa, jarang kemauan Kasih yang tidak dituruti. Maklum, anak semata wayang....
Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya cineplex di Jambi memutar film tersebut, terlambat 1 bulan dari premiere di kota-kota besar.
Singkat story, Kasih sudah berada di dalam gedung bioskop dengan Bunda. Penontonnya lumayan banyak. Saya tidak ikut, karena benar-benar tidak tertarik dengan horror lokal. Menurut saya, special effect-nya masih tanggung.
Kekacauan pun dimulai....
"Bunda, kok tv-nya besar sekali?", Kasih bertanya. (Malu-maluin bener! Padahal udah berapa kali diajak ke bioskop!) Perlu diketahui, Kasih mempunyai suara cempreng dengan volume yang bisa terdengar di seluruh penjuru gedung.
Akhirnya, setelah lampu padam dan film mulai diputar.....
"Itu lampunya kok masih hidup? Suruh matiin, Bunda!", kata Kasih sambil menunjuk sinar yang menyorot dari proyektor.
Bayangin! Kalau proyektornya dimatiin, mau nonton apa?
Ok! Selamat buat perfilman nasional yang mulai bangkit. Please, tolong bikin film anak-anak lebih banyak, yang benar-benar menarik dan mendidik. Tidak seperti acara sinetron tv yang isinya kenakalan (baca: kriminalitas anak dan remaja), tahayul, pola hidup konsumtif, dan erotisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar